MAKALAH
TAFSIR PL II :
HAGAI 2 : 1-10
Dosen
pengampu : Stynie Nova Tombol, S.Si Teol, M.Th
Disusun oleh : Kelompok
Nama : Hendrik 11.02.11.651
: Eni
sulistiawati 11.02.11.642
Kelas : B
Semester : V/PAK
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI
(STAKN)
PALANGKA
RAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab Hagai
berisi tentang kumpulan empat Pidato Hagai. Sebagai nabi, Hagai ditugaskan oleh
Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada bangsa Yehuda pada waktu itu. Adapun
maksud inti dari tiap-tiap berita yaitu untuk menggerakkan bangsa Yehuda untuk
pekerjaan membangun bait suci kembali.
Bait suci
dalam Kitab Hagai ini memiliki pesan yang sangat penting dari Tuhan baik dalam
konteks zaman dahulu maupun zaman sekarang ini. Untuk itu dalam paper ini
penulis akan memberikan keterangan secara deskriptif mengenai kitab Hagai
beserta konsep mengenai bait Allah dan memberikan aplikasinya bagi umat Kristen
masa kini.
II. Kitab Hagai
2.1. Penulis dan Kehidupannya
Penulis
kitab Hagai adalah nabi Hagai sendiri. Meskipun di dalam Alkitab hanya sedikit
sekali informasi yang menerangkan mengenai tokoh penulis tersebut. Sang penulis
kitab ini memiliki arti nama “meriah” dan hal tersebut dikarenakan kelahiran
Hagai berada pada suatu hari raya keagamaan. Dia mempunyai dua nama jabatan
yaitu sebagai nabi (Hag 2:2,11; Ezra 6:14) dan sebagai utusan Tuhan (Hag 1:13).
Nabi Hagai ini merupakan nabi yang pertama yang berbicara kepada orang Yahudi
yang telah kembali dari pembuangan di Babel. Mengenai
kehidupan dari sang nabi ini, dapat dikatakan bahwa dia adalah seorang yang
mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Allah. Sedangkan di dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang nabi, Hagai termasuk ke dalam orang yang
“lemah lembut”, maksudnya adalah dia tidak menyampaikan pesan Tuhan dengan
menggebu-gebu atau dengan tuduhan yang berapi-api, melainkan ia memberitahukan
Firman Tuhan atau nubuatan dengan cara yang baiasa-biasa saja. sehingga banyak
orang menganggap dia sebagai seorang guru daripada seorang nabi Tuhan. Dia juga
dianggap sebagai seorang diantara kelompok utama orang-orang buangan yang
kembali dari Babel yang berdasarkan dekrit Koresy pada tahun 538/7 SM.
2.3. Latar
Belakang Penulisan Kitab
Orang-orang
Yahudi yang kembali ke Yerusalem yang dipimpin oleh Sesbasar yang bertugas
untuk kembali membangun bait Allah. Akan tetapi, ditengah-tengah tugas yang
sedang mereka kerjakan tersebut, bangsa-bangsa yang tinggal disekitar
orang-orang Yahudi telah membuat mereka kecil hati sehingga pembangunan bait
Allah menjadi terhenti untuk jangka waktu yang lama (enam belas tahun). Oleh
karena hal itu, Allah mengutus Hagai untuk mendukung semangat orang-orang
Yahudi dan mendorong mereka untuk menyelesaikan tugas pembangunan tersebut. Dan
pada akhirnya, di bawah pengajaran Hagai, orang-orang Yahudi dapat
menyelesaikan pembangunan Bait suci itu dalam waktu empat tahun.
Hagai
mendesak orang Yahudi untuk segera menyelesaikan pembangunan bait suci,
sehingga dengan demikian dapat untuk memulihkan kembali cara penyembahan mereka
yang tradisional.
2.4. Isi
Kitab Hagai
Secara umum
dapat dituliskan bahwa pengajaran yang disampaikan oleh nabi Hagai sudah
termasuk di dalam empat nubuatannya, antara lain:
- Pasal 1:1-11, mengenai nubuat untuk membangun
rumah Tuhan.
- Pasal 2:1-10, mengenai rumah Allah yang megah
- Pasal 2: 11-19, mengenai pengajaran-pengajaran
imam dan berkat yang tersedia di balik pembangunan rumah Tuhan.
- Pasal 2:20-23, mengenai runtuhnya
kerajaan-kerajaan dunia.
Mengenai
pengajaran tentang Allah, dapat dikelompokkan ke dalam beberapa poin, antara
lain:
- Tuhan adalah Tuhan semesta alam (Hag 1:2,7,9,14;
2:6-9,11,23).
- Tuhan adalah Tuhan yang menuntut (Hag1:2,3;
2:10-14)
- Tuhan mengendalikan keadaan ekonomi (Hag 1:5-11)
- Tuhan yang menepati janji-janji-Nya (Hag 2:5)
- Tuhan adalah Tuhan yang hidup (Hag 2:3-9)
- Tuhan memberkati umat-Nya (Hag 2:10-19)
- Tuhan memelihara setiap orang (Hag 2:20-23)
BAB II
PEMBAHASAN
Hagai 2 : 1-10
Penulis : Hagai sendiri
Tema
: Mengenai rumah
Allah yang megah
Tahun
penulisan : 520 SM
Tafsiran
Kitab Hagai 2 : 1-10
Hagai
2 : 1 Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal dua puluh satu bulan itu
Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal dua
puluh satu bulan itu. Pesan kedua dari sang nabi diberi tanggal hari ketujuh
dari Perayaan Hari Pondok Daun, yaitu perayaan panen terakhir dalam penanggalan
Ibrani (bdg. Im. 23:39-44). Perayaan ini ditandai dengan kegembiraan
besar (sebagaimana keadaannya sampai sekarang), dan persembahan kurban ucapan
syukur jumlahnya lebih banyak pada hari akhir daripada hari-hari lain dalam
setahun. Meskipun demikian, dengan panen yang kurang dan permulaan yang lambat
dari pembangunan kembali Bait Allah, kontras dengan keadaan-keadaan sebelumnya
pasti sangat menyakitkan. Oleh karena itulah dibutuhkan dorongan semangat (bdg.
Ezr. 3:12, 13). Iblis sering kali melakukan serangan
terhebatnya terhadap manusia tepat setelah mereka dengan tegas memutuskan untuk
mengikuti pimpinan TUHAN. Bangsa ini sangat memerlukan dorongan kuat untuk
melindungi mereka dari keadaan patah semangat. Dalam pasal pertama, yang
dibutuhkan adalah pesan tentang hati nurani dan kemauan dari bangsa yang
bersikap acuh tak acuh itu; di sini yang dibutuhkan adalah perkataan yang
menghibur dan menggembirakan bagi hati bangsa yang sudah sadar ini.
Masih adakah di antara kamu ... ? Kata-kata
ini ditujukan kepada para pemimpin pemerintahan dan agama serta orang-orang
tersisa yang kembali. Allah sedang membandingkan Bait Allah Salomo dengan Bait
Allah yang waktu itu sedang dibangun. Melalui Hagai Allah bertanya kepada para
pemimpin dan rakyat mengenai berapa banyak dari mereka yang mengingat keagungan
bangunan yang pertama. Setelah selang waktu tujuh puluh tahun pembuangan,
kemungkinan hanya tinggal sedikit orang yang pernah menyaksikan Bait Allah yang
terdahulu. Seperti tidak ada artinya? Alasan munculnya pertanyaan TUHAN ini
terdapat pada kisah dalam Ezra 3:8-13. Catatan itu menyatakan bahwa pada saat pendirian Bait
Allah yang kedua, para imam mengiringi upacara dengan menyanyikan mazmur dan
meniup nafiri. Generasi yang lebih muda, tanpa maksud membandingkan dalam hal
ini, bersukaria atas prestasi tersebut. Namun orang yang lebih tua yang telah
mengetahui kemegahan Bait Allah yang pertama, menangis secara terbuka karena
perbedaan mencolok antara kedua tempat suci. Hagai mengarahkan pertanyaan
tersebut kepada kelompok kedua. Dari sudut pandang Allah, hanya ada satu rumah
TUHAN di Yerusalem, baik yang dibangun oleh Salomo, Zerubabel, atau yang
kemudian dibangun oleh Herodes. Oleh karena itu, Allah menyebut 'bangunan
Salomo sebagai "Rumah ini dalam kemegahannya semula." Pikiran-pikiran
Allah bukanlah pikiran-pikiran manusia, dan penilaian-Nya dibuat berdasarkan
hal-hal yang mutlak.
Kuatkanlah. Dalam tiga kali ucapan sama yang
ditujukan kepada raja, imam besar, dan seluruh rakyat itu TUHAN menyuruh
semuanya untuk kuat. Allah, yang mula-mula telah menarik perbedaan yang jelas
antara bangunan-bangunan itu, sekarang memberikan kepada bangsa itu dasar-dasar
rohani bagi pelaksanaan tugas mereka. Tujuan-Nya dalam menyatakan perbedaan
tersebut bukan untuk mengecilkan hati mereka, melainkan lebih untuk membawa
mereka kepada kesadaran tentang pentingnya pekerjaan itu, tentang
ketidakmampuan mereka untuk menyelesaikannya dengan kekuatan mereka sendiri,
dan tentang perlunya bersandar pada Dia yang serba mencukupi. TUHAN adalah
kekuatan mereka. Sekali lagi, perkataan yang meringankan diberikan bahwa
kehadiran TUHAN akan merupakan bagian tetap mereka.
Janji yang telah Kuikat dengan kamu. Bila ada
negara di dunia ini yang bisa memiliki kepastian mengenai sifat Tuhan yang
dapat dipercaya berkenaan dengan janji-janji-Nya, itulah Israel. Dia telah
mengikat janji (harf., memotong perjanjian, berbicara tentang korban-korban -
yang dipotong dua untuk mengesahkan sebuah perjanjian; bdg. Kej. 15:10) untuk masuk dalam sebuah hubungan yang permanen dengan
bani Israel ketika mereka meninggalkan Mesir. Pandangan tertuju kepada
perjanjian di atas Gunung Sinai (bdg. Kel. 19:5; khususnya 33:12-14). Karena Allah sudah setia pada janji-Nya itu sepanjang
abad-abad yang lampau dalam sejarah Israel, Dia pasti dapat diandalkan untuk
tetap menjunjung tinggi janji-Nya kepada orang-orang yang hidup sezaman dengan
Nabi Hagai. Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu. Untuk menjamin kebenaran
janji itu maka Roh Tuhan tinggal di tengah-tengah mereka. Tuhan tidak
meninggalkan mereka, walaupun Dia sangat tidak senang pada sikap acuh tak acuh
mereka terhadap kasih-Nya dan perintah-perintah-Nya. Mereka sama sekali tidak
perlu takut.
Sedikit waktu lagi. Ungkapan yang tidak jelas
ini barangkali berarti bahwa hanya dalam waktu singkat peristiwa-peristiwa yang
dinyatakan tersebut akan terjadi. Aku akan menggoncangkan langit. Ayat ini dan
tiga ayat setelahnya dengan jelas menyatakan pemikiran mengenai Mesias (lih.
juga Yes. 61:1-3; Dan. 9:24-27; Za. 9:9, 10). Di sini pesan nabi memadukan rincian tentang
kedatangan pertama dan kedatangan kedua Kristus, sebagaimana yang sering
diberikan dalam nubuatan-nubuatan PL yang lain. Prediksi mengenai bergoncangnya
langit, bumi, laut, dan daratan tentu bukan sekadar peragaan luar biasa tentang
kemahakuasaan Allah atas alam semesta; keseluruhan suasana dari nubuatan ini
membawa pembaca kepada zaman wahyu. Di sini Allah sekali lagi terlihat campur
tangan secara bijaksana dan secara nyata dalam urusan manusia. Hubungan pemikiran
apakah yang mungkin ada antara pernyataan dalam ayat ini dengan yang dalam ayat
5? Nabi mendorong bangsa Yahudi untuk melaksanakan pekerjaan membangun
Bait Allah dengan segenap ketekunan, sebab, katanya meyakinkan mereka, Allah
mereka, Tuhan atas segala bangsa, tidak lama lagi akan menyatakan kuasa-Nya
yang dahsyat demi Israel. Dia akan menggoncangkan alam semesta dan merobohkan
kerajaan-kerajaan di dunia yang bersifat terbatas, dengan maksud untuk
mendirikan kerajaan terakhir dan final di muka bumi, yaitu kerajaan Putra
terkasih Allah.
Hag
2:7 - Aku akan menggoncangkan segala bangsa // Kepunyaan segala bangsa datang
mengalir // Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan
Aku akan menggoncangkan segala bangsa.
Prediksi ini menunjuk pada pemberontakan dan pergolakan di kerajaan Persia dan
Yunani. Tidak seorang pun dapat secara masuk akal menyangkal bahwa
pemerintahan-pemerintahan ini digoncangkan pada masa lampau. Akan tetapi,
membaca secara teliti nubuat-nubuat dalam Alkitab akan meyakinkan siswa yang
tak berprasangka bahwa peristiwa-peristiwa itu. hanya merupakan langkah
persiapan dalam proses di mana Allah akan mengeluarkan kerajaan-kerajaan
tersebut dari dunia, untuk menggantikan mereka dengan pemerintahan yang adil
oleh Mesias Israel dan Penebus dunia (lih. Ibr. 12:26,27; Why. 11:15). Kepunyaan segala bangsa datang mengalir. Para
penerjemah belum sependapat dalam menerjemahkan empat kata Ibrani dari bagian
ayat ini. LXX menerjemahkannya, barang-barang pilihan dari segala bangsa akan
datang. ASV lebih suka menerjemahkannya dengan barang-barang berharga dari
segala bangsa, dengan bacaan di pinggir barang-barang yang diinginkan (Ibr.
keinginan) segala bangsa akan datang. Yang lainnya berpendapat: Bangsa-bangsa
lain akan datang dengan barang-barang sangat indah milik mereka, atau harta
berharga milik bangsa kafir. Arti apa yang hendak diberikan pada bagian ini
bila terjemahan-terjemahan ini diikuti? Kurang megahnya dekorasi luar Bait
Allah Zerubabel akan lebih dari sekadar tertutupi oleh pemberian-pemberian
berharga yang akan diserahkan oleh segala bangsa untuk menjadikan Bait Allah
sesuatu yang indah dan mulia. Tentu saja, penghargaan-penghargaan seperti itu
bagi Tuhan akan diberikan karena penghormatan yang benar kepada-Nya. Untuk
mendukung penafsiran ini disebutkan bahwa itu merupakan penafsiran terbaik
untuk pemakaian subyek tunggal feminin dan kata kerja jamak.
Meskipun demikian, harus diingat bahwa sejak
masa-masa awal, sebagian besar penafsir Kristen mengikuti tradisi Yahudi waktu
mengacu pada ayat mengenai kedatangan Mesias Israel. Tampaknya jelas bagi para
penafsir ini bahwa kerinduan yang dimiliki oleh segala bangsa pada umumnya
pasti adalah kerinduan mereka akan Sang Pelepas, entah mereka menyadari atau
tidak tentang sifat keinginan mereka atau identitas penggenapannya yang
sebenarnya dalam Tuhan Yesus Kristus. Lagi pula, dalam bahasa Ibrani, kata
benda abstrak yang sering dipakai, bukan kata yang memiliki arti konkret; jadi
penyebutan Mesias tidak secara otomatis dikesampingkan berdasarkan pertimbangan
bahasa. Pemakaian kata kerja jamak tidak berlawanan dengan penafsiran mengenai
Mesias, sebab terdapat contoh-contoh di mana kata kerjanya selaras dengan kata
benda yang kedua dari dua kata benda.
Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan.
Adalah menarik bahwa semua tempat di dunia yang merupakan tempat kediaman Allah
yang bersifat tak terbatas itu dipenuhi dengan kemuliaan (lih. Kel. 40:35 untuk Kemah Pertemuan Musa; I Raj. 8:10, 11; II Taw. 5:13, 14 untuk Bait Suci Salomo). Bait Allah
Zerubabel masih akan dipenuhi kemuliaan dengan kehadiran Allah Anak yang
menjelma (Yoh. 1:14), belum lagi kemuliaan dari Adven Kedua (Mal. 3:1). TUHAN memberitahukan sebelumnya bahwa bangsa-bangsa
akan digoncangkan (bukan ditebus). Penggoncangan tersebut berawal pada
persiapan kedatangan pertama dan akan disempurnakan pada penampakan kedua (Dan. 2:35,44; Mat. 21:44). Karena itu, Allah akan memenuhi rumah-Nya, Bait Allah
yang akan datang, dengan kemuliaan yang tidak pernah ada sebelumnya.
Kepunyaan-Kulah perak. Agar orang-orang yang
tersisa tidak terus bertambah cemas tentang kekurangan logam berharga dalam perbaikan
Bait Allah, TUHAN menunjukkan persediaan-Nya yang tidak ada habis-habisnya.
Telah diperkirakan bahwa dalam Bait Allah Salomo, emas seharga sekitar dua
puluh juta dolar dipakai untuk melapisi ruang yang paling dalam dari tempat
suci. Tetapi apakah yang dapat menandingi persediaan Oknum yang memiliki
segalanya? (Mzm. 50:12). Ya, lebih dari itu, Allah akan membuatnya indah pada
waktu kedatangan Anak-Nya. Orang-orang buangan yang miskin hanya memiliki
sedikit yang mereka pakai untuk menghiasi Bait Suci, namun Allah meyakinkan
mereka bahwa Dia akan menyediakan kekurangannya.
Kemegahannya yang kemudian. Pengertiannya
adalah bahwa kemegahan yang kemudian dari bait itu akan melampaui semua
kemegahan sebelumnya. Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa dalam Kitab
Suci, Bait Allah di Yerusalem dipahami sebagai sebuah kesatuan yang hadir
dengan bentuk-bentuk yang berbeda dalam periode-periode sejarah yang berbeda.
Kehadiran Kristus akan memberikan kemuliaan pada Bait Allah yang kedua yang
tidak pernah dialami oleh Bait Allah yang pertama. Pandangan yang diberikan
selama ini adalah bahwa kemuliaan yang belakangan memiliki kaitan dengan
kemuliaan masa Milenial Bait Allah itu yang terdapat dalam Yehezkiel, pasal 40
sampai 48. Karena terdapat kesinambungan dari berbagai Bait Allah dari zaman
yang berbeda, pendapat ini tidak dapat diabaikan. Walaupun Bait Allah Zerubabel
telah dilenyapkan sampai pada dasarnya oleh Herodes ketika dia merenovasinya,
Bait Allah Zerubabel tetap dianggap sebagai Bait Allah kedua. Demikianlah Bait
Allah itu disebut oleh seluruh penguasa Yahudi. Di tempat ini Aku akan memberi
damai sejahtera. Kristus menyempurnakan dasar bagi damai sejahtera rohani (Kol. 1:20). Dia memberi damai sejahtera di hati dan pikiran kepada
orang-orang percaya saat ini (Rm. 5:1; Flp. 4:7). Namun pada akhirnya, Dia akan membawa damai sejahtera
kepada dunia sebagai Raja Damai (Yes. 9:6, 7). Jadi, lebih dari cukup jawaban Allah ini bagi
penampilan yang kurang mengesankan dalam ayat 3. Tuhan selalu menyediakan yang terbaik pada akhirnya. Hanya mata iman
yang mampu melihatnya.
Pada tanggal dua puluh empat bulan yang
kesembilan. Pesan keempat dari nubuatan Hagai diberikan dua bulan setelah pesan
yang sebelumnya. Pada bulan yang kesembilan barulah hujan awal dapat diharapkan
untuk mengairi tanaman yang baru. Setelah mengalami kekurangan dan kekecewaan
pada periode sebelum ini, bangsa itu tentu secara khusus akan memperhatikan
produksi dalam tahun yang berikut. Selama periode ketidaktaatan mereka
sebelumnya, mereka telah dihukum atas hal-hal yang bersifat sementara. Akankah
ada perubahan sekarang setelah mereka mematuhi perintah Allah melalui Hagai?
Pertanyaan inilah yang sekarang dijawab oleh sang nabi.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pusat dari
teologi Hagai ini sebenarnya berada pada bait suci. Pada waktu itu (dengan
situasi yang terjadi pada orang-orang Yahudi), membangun bait Allah ini
mempuyai peranan yang lebih penting daripada membangun sebuah istana karena
menggambarkan mengenai tempat kehadiran Allah di bumi. Meskipun pembangunan
bait Allah ini tidak sehebat bait suci yang pertama tetapi kemegahannya akan
melebihi daripada bait suci yang pertama (fasal 2:10) karena digunakan sebagai
tempat untuk melayani Allah.
Tentang
janji Allah terhadap diselesaikannya bait suci tersebut adalah mengenai berkat
yang akan Allah berikan kepada orang-orang Yahudi, sedangkan mengenai janji
damai sejahtera yang dijanjikan oleh Allah yang terdapat dalam nubuatan ini
adalah akan digenapi melalui kedatangan Kristus.
Allah
menginginkan kehidupan umat-Nya berpusat kepada-Nya. Karena pada zaman PL Bait
Suci merupakan lambang kehadiran dan perkenan Allah, maka Allah memerintahkan
pembangunan Bait Suci menjadi prioritas utama mereka. Dengan demikian Allah mengajarkan
orang Yahudi, dan umat-Nya di segala zaman, bahwa Allah harus menjadi yang
paling utama di atas segalanya dan dengan demikianlah Ia akan berkenan kepada
mereka dan memberkati mereka.
B.
Penerapan
Bagaimanakah
kita dapat menarik pelajaran yang relevan untuk orang Kristen masa kini? Ada
dua hal yang dapat ditarik pelajaran dari kitab Hagai ini berkenaan dengan
pembangunan bait suci.
- Pembangunan rumah Allah tidak hanya dimaksudkan
untuk menyediakan pusat ibadat bagi agama Yahudi. Kitab Hagai
memperlihatkan bahwa pembangunan itu dihubungkan dengan janji tentang
Penebus yang akan datang. Pembangunan kembali Rumah Allah menujukkan bahwa
Allah tidak melupakan keselamatan yang dijanjikan-Nya.
- Disamping pengharapan tentang Mesianis, yang
paling penting sekali adalah agar orang Kristen mampu medudukkan Allah
ditempat yang pertama di dalam hidupnya. Prinsip yang diuraikan oleh Allah
ini sudah jelas. Bahkan Yesus pernah berkata dengan begitu jelas “Carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu”. Orang Kristen seharusnya tidak egois dengan mengutamakan
kepentingan sendiri.
DAFTAR PUSTKA
, Tafsiran
Alkitab Masa Kini 2, Ayub-Maleakhi. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2004.
C. Hassel
Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2002.
Dwi Maria, Diktat
Mata Kuliah Tafsir PL III : Nabi-nabi – Hagai.
John Balchin, Intisari
AlkitabPerjanjian Lama. Jakarta: Persekutuan pembaca Alkitab, 2000.
W.S. Lasor, Pengatar Perjanjian
Lama 2. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar